Kemenangan Islam dalam peperangan Hamra al-Asad menjadi prestasi yang membanggakan. Menang tanpa harus melakukan peperangan. Menang dikala kelelahan pasca perang Uhud belum pulih. Perintah Rasul didahulukan atas segala hal yang dapat menjadi rukhshah saat itu. Ungkapan yang menakjubkan muncul dari lisan para sahabat yang mulia,
"...cukuplah Allah penolong kami dan Dia sebaik-baik penolong.” (QS. Ali Imron: 173)
Apa yang membedakan para sahabat rahimahullah dengan kita? Apa yang membuat mereka dapat terus bergerak menjawab perintah Allah dalam keadaan lapang maupun sempit?


Ruuhul istijabah, ruh yang siap untuk menjawab adalah kuncinya. Ruuhul istijabah merupakan salah satu karakter yang dimiliki oleh setiap sahabat dimana setiap perintah Allah dan Rasul Nya dapat mereka laksanakan tanpa tapi dan nanti. Dalam kasus peperangan Hamra al-Asad contohnya.

Kasus lain ialah saat perintah berkerudung turun. Semua shahabiyah dengan segera mengambil kain apapun yang dapat mereka temukan di dekatnya untuk menutupi aurat mereka. Pernah membayangkan gak? Jika perintah berkerudung turun saat ini kira-kira apa yang akan terjadi?

"Ih panas pake kerudung."
"Ngapain pake kerudung? Gak hitz tuh!"
"Eh, gue cantik gak kalo pake kerudung?"
Dsb

Jika tampak lebih cantik barulah mereka pakai. Jika tidak, ya akan mereka tinggalkan juga dengan segera. Lupakan hal tadi, itu hanya bayangan yang terlalu esktrim dari Asa haha...

Bahkan jika para sahabat ditawarkan dengan surga saat ini juga apapun amal yang perlu dikerjakan untuk meraihnya pasti mereka ambil meski nyawa taruhannya. Oleh karenanya Nabi tidak menunjuk Umar ibn Khattab sebagai pemimpin perang tapi memilih ia menjadi pemimpin suatu daerah. Mengapa? Orientasi hidupnya adalah surga yang berarti syahid. Berbeda dengan Khalid ibn Walid yang memiliki orientasi juga untuk memenangkan peperangan.

Mengapa para sahabat memiliki ruuhul istijabah?
Jawabannya adalah para sahabat amat jauh dari sifat wahn. Apa itu wahn? Dalam sebuah hadist yang Rasulullah sampaikan...
"Hampir tiba dimana umat-umat saling memanggil untuk melawan kalian sebagaimana orang-orang saling memanggil untuk menyantap hidangannya. Salah seorang bertanya: apakah karena sedikitnya kami ketika itu? Rasul menjwab: bahkan kalian pada hari itu banyak akan tetapi kalian laksana buih dilautan dan sungguh Allah mencabut ketakutan dan kegentaran terhadap kalian dari dada musuh kalian dan Allah tanamkan di hati kalian al-wahn. Salah seorang bertanya: apakah al-wahn itu ya Rasulullah? Beliau menjawab: cinta dunia dan membenci kematian." (HR Abu Dawud dan Ahmad)
Wahn ialah kecintaan kepada dunia dan takut akan kematian. Lalu bagaimana cara kita membentengi diri dari penyakit ini? Jawabannya adalah iman kepada hari akhir. Kemudian pertanyaan berikutnya apakah cukup hanya mengimani bahwa kiamat itu ada? Tidak. Iman kepada hari akhir mencakup juga beriman kepada hal-hal setelah kematian dan peristiwa-peristiwa besar yang akan dilalui setiap makhluk Nya setelah hari kiamat. Maka iman kepada hari akhir juga bercerita tentang nikmat dan adzab kubur, sangkakala, kiamat, mizan, shirath, mahsyar, hingga surga dan neraka serta apa-apa yang ada di dalamnya.

Semoga kita semua dapat meneladani sahabat-sahabat nabi dan mengikuti jejak mereka hingga ke surga Nya, Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar