Sebelum memutuskan untuk mengikuti rangkaian kegiatan SPI Moh Natsir, seseorang hendak meminta izin terlebih dahulu kepada orang tuanya.

"Ibu, saya mau ikut serta kegiatan sekolah pemikiran Islam. Apakah diperbolehkan?"

Sontak sang Ibu melarang anaknya ikut serta dengan jawaban, "Jangan dek, kamu jangan ikut yang begitu-begitu. Nanti tiba tiba pikiran kamu menyimpang jadi pemikir gak jelas dan sesat bagaimana?"

Mendengar jawaban dari ibunya yang seperti itu, anak tersebut mengurungkan niatnya untuk mengikuti SPI. Sekarang pertanyaannya, apakah benar SPI seseram itu? Benarkan SPI membawa ideologi sesat yang bisa membingungkan pikir para pesertanya?

Dari segi materi, memang materi yang disampaikan dalam kuliah SPI bukanlah materi biasa. Bagi beberapa orang mungkin materi yang disampaikan membebani pikiran, terasa berat, perlu usaha lebih untuk memahami. Itu sebabnya kepala sekolah SPI angkatan ketiga, Ibrahim Imaduddin Islam sejak awal sudah mewanti-wanti, "kuliah ini tidak berat tapi benar-benar membutuhkan perhatian untuk dapat memahaminya."

"Semoga perasaan berat saat menerima materi kegiatan SPI bukan pertanda otak kita yang terlalu ringan,"

Canda salah seorang panitia. Setelah dipikir-pikir ada benarnya juga canda yang disampaikan panitia itu.

Meski begitu, selama dua semester mengikuti perkuliahan SPI saya menilai materi SPI masih amat sangat aman dan berada dalam koridor Islam. Tidak sampai membuat pesertanya menjadi keblinger layaknya orang-orang yang mempelajarai pemikiran ke dunia barat dan pulang ke Indonesia menjadi seorang aktivis liberal.

Beberapa hal yang perlu dipahami, memang salah satu tujuan SPI adalah membekali pesertanya dengan materi-materi ghazwul fikr yang sekarang menyerang umat. Sehingga bahasannya tentu akan menyenggol tema besar seperti sekulerisme, pluralisme, liberalisme, filsafat, konsep ketuhanan, hingga filsafat.

Akan tetapi pemateri yang dihadirkan dalam forum pun merupakan pemateri-pemateri yang mumpuni di bidangnya bahkan asaatidz yang giat melakukan counter opini pada serangan pemikiran lawan. Oleh sebab itu didatangkanlah ustadz-ustadz dari INSIST (Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations), PIMPIN (Institut Pemikiran Islam & Pembangunan Insan) dan lainnya.

Selain itu bagi orang-orang yang mungkin pernah mempelajari ushul fiqih, aqidah dengan lebih dalam mungkin akan menemukan beberapa kesamaan pola pikir yang digunakan dalam SPI namun menggunakan istilah berbeda. Misalnya dalam menyebut hal yang ushul, dalam SPI kita akan mengenalnya sebagai bagian dari islamic worldview.

Secara garis besar, kuliah SPI adalah kuliah yang amat berbobot dan masih berada dalam koridor Islam yang lurus. Jika ditemukan keambiguan dengan apa yang sebelumnya pernah dipelajari dengan apa yang disampaikan pemateri pun selalu ada ruang tanya jawab selama satu jam untuk melakukan diskusi atau sekadar klarifikasi. Sebab terkadang hanya kitanya saja yang salah dalam memahami materi akan tetapi sejatinya masih benar.

Bagaimana? Tertarik mengikuti SPI? :)

------------------------------
Sekolah Pemikiran Islam
Pena 1. SPI Moh Natsir Bandung
Pena 2. Sekolah Pemikiran Islam, Sesatkah?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar