Beberapa waktu setelah amanah mampir ke atas pundak ini, terkadang mampir juga perasaan bergerak seorang diri. Padahal dalam organisasi yang tengah saya ikuti, saya sadar betul ada banyak orang yang membersamai langkah saya dalam dakwah ini. Kemudian semenjak saya mencoba untuk kembali membaca buku-buku lama, merenungi amanah yang ada, mendengarkan tausyah, membaca tulisan-tulisan serta bertanya kepada ustadz-ustadz, perasaan sendiri itu akhirnya terkikis sedikit demi sedikit.

Menemukan penawar dari perasaan ini rasanya menjadi sebuah anugerah istimewa dari Allah bagi seorang Asa. Setiap orang memiliki cara dan treatment-nya untuk mengatasi masalah ini. Mungkin akan berbeda langkah yang cocok untuk mengatasi masalah ini antara satu orang dengan yang lainnya. Maka inilah perjalanan saya menemukan penawarnya...

Penawar pertama saat merasa sendiri saya dapatkan dari kisah Al Manshur Saifuddin Qalawun. Ia adalah seorang panglima perang dari sebuah dinasti yang dibangun oleh para bekas budak, dinasti Mamluk namanya. Kisah lengkap dari Al Manshur Saifuddin Qalawun bersama ayahnya dapat ditemukan pada buku Dalam Dekapan Ukhuwah. Dari kisahnya, saya belajar untuk mencoba berserah diri apapun keputusan yang Allah berikan. Kita tidak pernah tahu apakah sesuatu yang Allah berikan adalah rahmat ataukah musibah, kewajiban kita adalah senantiasa berprasangka baik kepada Allah :)

Penawar kedua, saya merasa ada cinta dan doa yang senantiasa ada bagi kita semua. Cinta dan doa yang terus mengalir melintasi zaman. Cinta dan doa dari Nabi Muhammad yang amat mencintai umatnya bahkan jauh sebelum kita semua lahir dan menginjakkan kaki di dunia. Penawar kedua saya temukan saat saya tengah menghadapi sebuah masalah. Saya merasa seolah Allah langsung menjawab masalah itu melalui tulisan dari Ust Salim tentang doa 4000 tahun. Tulisan tersebut menceritakan kepada kita tentang doa tulus dari bapak para Nabi, Ibrahim 'alaihissalam. Doa tersebut berbunyi...
“Duhai Rabb kami, dan bangkitkan di antara mereka seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri; yang akan membacakan atas mereka ayat-ayatMu, mengajarkan Al Kitab dan Al Hikmah, serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkau Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS Al Baqarah [2]: 129)
Kemudian dari doa yang tulus itu lahirlah diantara penduduk Makkah seorang Rasul, Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam yang diutus bukan hanya untuk penduduk Makkah saja namun juga untuk manusia seluruhnya. Sosok yang Allah tunjuk untuk menjadi panutan paripurna hingga hari kiamat. Barakah dari doa inilah yang menyebabkan Rasul suatu saat berkata, “Aku hanyasanya doa yang dimunajatkan Ibrahim ‘Alaihissalam..”

Jika ketulusan Nabi Ibrahim dapat sampai meski 4000 tahun lamanya, maka doa Rasulullah yang tidak diragukan lagi kecintaan beliau kepada umatnya juga sangat mungkin terus mengalir mengarungi zaman hingga sampai kepada kita.

Penawar ketiga saya dapatkan dari sebuah perenungan yang kemudian dikuatkan dengan tausyah seorang ustadz. Saat itu saya merasa gelisah dan ingin memiliki tempat untuk bisa berkeluh kesah. Salah satu bahaya dari perasaan sendiri sebagaimana yang sudah saya sampaikan dalam tulisan sebelumnya adalah jiwa mencari-cari dan ingin memiliki tempat untuk berbagi. Sementara tempat berbagi itu dapat dietmukan dimana-mana dari mulai tempat yang benar hingga tempat yang salah dan membawa fitnah. Alhamdulillah Allah mengarahkan saya pada tempat yang benar,

Allah selalu ada untuk kita. Allah amat bahagia ketika seorang hamba berkeluh kesah serta meminta kepada Nya. Maka pada akhirnya jika tidak ada pundak untuk bersandar, selalu ada lantai untuk bersujud. Ya, sebaik-baik tempat curhat, sebaik-baik tempat berkomunikasi adalah kepada Allah. Tidakkah kau tahu bahwa Allah selalu menjawab kita dalam shalat tiap kali kita bermunajat kepada Nya?

Ketika kita melantunkan, "Alhamdulillah rabbil 'alamin"
Maka saat itu juga Allah menjawab, "Hamba-Ku memuji Ku"
Ketika kita melantunkan, "Arrahman arrahiim"
Maka saat itu pula Allah menjawab, "Hamba-Ku mengagungkan Ku"
dan seterusnya...

Dari ketiga penawar itu, kini perasaan sendiri sudah dapat teratasi. Semoga Allah senantiasa membimbing langkah hamba Mu agar tetap setia istiqamah meniti jalan ini. Jika hanya membaca, mungkin rasa yang didapat akan berbeda dari rasa yang didapat secara langsung dari pengalaman pribadi. Namun dari tulisan ini saya berharap semoga dapat memberikan gambaran kepada pembaca tentang bagaimana kiat-kiat dalam mengatasi perasaan sendiri dalam dakwah.

Selamat menghadapi perasaan sendiri yang kamu alami :)
Wallahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar